-->
  • COME TO TOBA

    JELAJAHI TOBA

    INFORMASI SINGKAT ITEM 1

    Read More
  • STAR

    Service Toba Advisor Registration

    We can guide and advise and serve your way to enjoy your wonderful vacation and travel with ease and is very simple. Your trip and your satisfaction is a big responsibility for us until you return to your home.

    Read More
  • AMAZING TOBA LAKE

    TOBA LAKE, AMAZING

    Lake Toba is the largest lake in Indonesia and even in Asia, the Lake which has a long history of this unique and save a lot of natural beauty and stunning. Not content just to hear if it has not made a trip to Disneyland. You come, we are sure will satisfy the holiday and forget about your home.

    Read More
  • ART & CULTURE

    ULOS BATAK

    For the people of Batak, ulos has the function and meaning are very important. Various traditional ceremonies such as weddings, births, deaths, and other rituals have never happened without ulos. About the color, fabric ulos always dominated the three colors, namely red, black and white. While the motives are often featured in design ulos is Idup Yeast, Yeast Hotang, Sadum, Sibolang, Mangiring and Maratur Stars.

    Read More
  • TOURISM DIRECTORY

    GETTING HERE

    Lake Toba, or Danau Toba in Indonesian, is the largest year-round lake in Southeast Asia. Although it is smaller in size than the Tonle Sap of Cambodia, unlike the Tonle Sap, Lake Toba is pretty consistent in its size. Also, being a volcanic lake, Lake Toba is much, much deeper than Tonle Sap. Hence, it holds much more water than Tonle Sap, 240 km3 vs about for Tonle Sap.

    Read More

Opera Batak Raja Sisingamangaraja XII di TIM Jakarta, Sarat Makna

Sejumlah saat mementaskan opera "Raja Sisingamangaraja XII" 

Jakarta | Sikap heroik dan selalu mengatakan tidak pada Bottar Matta, menjadikannya tokoh paling legendaris seantero negeri


Nama Sisingamangaraja sangat akrab ditelinga. Keistimewaan Sisingamangaraja XII yang tak pernah mau takluk kepada penjajah Belanda, dipentaskan dalam opera di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Sabtu (7/7), malam.

Disutradarai Sultan Saragih, melibatkan murid-murid dari SMA Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar, Pematangsiantar, Sumatra Utara. Opera ini di gelar untuk mengenang dan memahami nilai-nilai patriotisme dan kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII.

Jika ada satu pejuang yang menyulitkan Belanda semasa penjajahan di Indonesia, salah satunya ialah Raja Sisingamangaraja XII. Sikap heroik dan selalu mengatakan tidak pada Bottar Matta (julukan untuk Belanda), membuatnya menjadi tokoh paling legendaris bagi kaum Batak, bahkan seantero negeri.

Hal paling menonjol dari Sang Pahlawan ialah sikap konsistensinya untuk terus melawan. Hal ini tetap dipegang teguh Sisingamangaraja meskipun nyawa taruhannya. Bahkan, sampai pada suatu kesimpulan dalam diri dan firasat jiwanya 'Tanah Batak' tidak lagi bisa dipertahankan.

Meski opera ini ditampilkan dalam bahasa Batak, semua penonton bisa memahami, karena panitia membagikan sinopsis opera ini sebelum memasuki ruangan. Dan, dari tata lighting, musik serta kostum sangat memukau. Ini membuat semua penonton antusias mengikuti jalannya cerita dari awal sampai selesai.

Opera Sisingamangaraja XII ini dipentaskan dalam empat setting tempat (local setting) dan dalam empat babak, serta dibawakan dalam bahasa Batak.

Untuk setting lokal pertama panggung bernuansa Bakkara. Di babak pertama ini bercerita mengenai laporan peperangan yang semakin sengit di Meat, Balige dan yang semakin dekat ke Bakkara. Dalam alurnya, diperlihatkan keputusan Sisingamangaraja harus keluar dari Bakkara dan memulai pengungsian sambil perang gerilya. Keputusan ini diawali dengan upacara godang sabangunan, memohon kekuatan dari Ompu Mulajadi na Bolon melalui tortor Paniaran, patortohan Tungkot Tunggal Panaluan dan Tortor Siboru Lopian.

Untuk setting lokal berlokasi di hutan Balige. Pada babak ini, diceritakan pengkhianat yang memihak kepada penjajah Belanda, Ompu Somahap Doli. Ia dikejar-kejar para para pejuang yang setia kepada Sisingamangaraja, Ompu Jumollang dan Sarbut Mataniari. Di sini ditampilkan bagaimana Ompu Somahap Doli dibunuh oleh pejuang yang setia kepada Sisingamangaraja di hadapan isterinya di hutan Balige.

Setting lokal ketiga di kota Balige. Di sini diperlihatkan intimidasi penjajah Belanda dan para pengkhianat yang memihak Belanda kepada Ompu Jumollang dan Sarbut Mataniari beserta kawan-kawannya.

Setting lokal keempat berlokasi di Sionomhudon, daerah Dairi. Dalam babak ini, Sisingamangaraja mengungsi sampai ke daerah Sidikalang-Dairi. Di sini terdapat adegan intimidasi pasukan Belanda terhadap masyarakat setempat, yang berbahasa simsim. Masyarakat setempat melakukan pembelaan terhadap pasukan Sisingamangaraja.

Pada adegan terakhir dan paling heroik, dilukiskan saat-saat terakhir perjuangan Sisingamangaraja sampai dia terbunuh bersama anak dan puterinya Sutan Nagari, Patuan Anggi dan Siboru Lopian di hutan Aek Simonggo di Sionomhudon, Parlilitan.

Dalam teater Raja Sisingamangaraja XII ini terdapat pesan yang mendalam terkait kondisi Indonesia sekarang ini, bahwa perjuangan belum berakhir dan barangkali tidak akan pernah berakhir.

Pementasan tersebut mengolaborasikan antara seni peran, seni musik dan seni tari. Dimana tari Tortor dan Gordang Sambilan (sempat akan di kalim oleh Malaysia) turut ditampilkan sehingga diharapkan pementasan Opera Batak Raja Sisingamangaraja dapat menjadi salah satu upaya melestarikan aset bangsa terutama budaya Batak.